👆first boner👆
“Nih ya, taruhan sama gue. Tu bocah bego bakalan ngelakuin apa aja yang lo suruh. Percaya gak?”
“agak ngga percaya sih yak, buktiin dulu dong” tawa anak-anak lelaki pecah saling bersahutan.
“sabar bro, lagi dipanggil anaknya” singto meletakkan hp blackberry hitamnya ke meja yang menampilkan percakapannya dengan seseorang.
Singto saat itu sedang duduk santai bersama teman-temannya di belakang taman rumah. 2 orang. Memiliki orang tua yang kaya pula. Bisa dibilang mereka berdua ini setara dengannya. Banyak adik kelasnya yang menyebut kumpulan ini sebagai tiga serangkai. Sudah ganteng, pintar, orang tuanya berpengaruh pula.
“eh datang tuh” seru salah satu dari mereka.
“bused banyak banget bawaannya neng, minta bantuin kagak?” teriak jay mengejek krist yang kepayahan membawa satu kantong penuh makanan ringan dan nampan yang berisi satu pot air sirup serta 3 buah gelas plastik dengan kedua tangan kecilnya. Langkahnya terlihat oyong dari tempat duduk mereka.
Krist sama sekali tidak membalas perkataan itu dan dengan wajah datar membawa semuanya ke meja ketiga lelaki manja itu.
“benar benarr, tuangkan airnya untukku, Kittykittycat” “Hahahah nama apa itu” singto mengernyit agak terganggu dengan suara tertawaan mereka. Seperti suara tikus mencicit kesetanan.
Sebenarnya ia lebih suka sendirian di perpustakaan membaca buku lalu mendekam disana hingga larut malam. Tapi terkadang remaja tanggung sepertinya tentu memiliki permasalahan tentang pergaulan. Orang-orang disekitarnya selalu berkata jikalau pertemanan itu penting. Dia dipaksa untuk memiliki teman sejati. Semuanya terlalu glorifying sebuah hubungan bernama “sahabat”. Mau tidak mau singto menanamkan di kepalanya bahwa ia harus melayani temannya agar tidak ditinggalkan oleh sahabat-sahabatnya.
“singto apaan cuma gini doang?” “lagi singtooo” ah.. rengekan ini menyebalkan.
Kedua temannya menarik singto dari duduknya dan mendorongnya mendekati krist.
“krist?” panggilnya. “iya, tuan muda?” krist berada di tengah jembatan kecil menyebrangi kolam air yang penuh ikan, terhenti begitu mendengar panggilan dari singto.
Mereka saling berpandangan untuk beberapa saat. Mata bening yang berkilauan itu, singto terusik melihatnya. Ia mengingat setahun lalu ketika ia merasa kalah dari lelaki manis di depannya ini. Singto menggerit.
“krist, aku kehilangan jam tanganku di kolam ikan. Sepertinya jatuh di kolam ikan barusan. Bisa kau carikan?”
Krist terdiam, kepalanya memiring 25 derajat ke kiri. Matanya menatap pergelangan tangan kanan singto yang segera disembunyikan oleh pemiliknya ke balik tubuhnya. Singto gugup setengah mati berpikir krist akan menolak perintahnya lalu membuatnya malu dihadapan ‘sahabat-sahabatnya’. Tanpa diduga krist mengangkat wajahnya lalu menatap mata singto lagi. Mengedip dua kali lalu berjalan mendekati singto.
Awalnya dia berpikir jika anak itu akan memukulnya, menamparnya atau bahkan lebih parah mencekiknya. Tapi kenyataannya, krist berbelok menuju kolam ikan, membuat yang memerintah terkejut.
Krist mengobok-obok kolam itu sudah hampir setengah jam. Meski kolamnya bening dan airnya bersih, tentu saja krist tidak akan pernah berakhir menemukan jam tangan itu kan?
singto agak khawatir tapi tetap memasang wajah tanpa ekspresi nya sambil duduk di kursi yang semenjak tadi ia tempati. air kolam biasanya sangat dingin di hari biasa dan matahari jam segini amat terik. ketiga tuan muda kaya itu sedari awal sudah berlindung di bawah bayangan atap gazebo.
5 menit berlalu dan krist masih berkutat memelototi air kolam yang transparan. singto melonjak dari kursinya tak tahan.
“krist-” “apaan singto masih belum dikit lagi ahh” tahan kawannya pada bahu singto. “aku menemukan jam tanganku.. ternyata terjatuh di bawah meja” “singto mah ga asik dih”
krist menatap lagi singto kalo ini lama. ia tersenyum dengan teduh. matanya sedikit menyipit karena sinar matahari membuat keringat jatuh ke sudut matanya.
“begitu kah tuan muda?” singto terperangah.
“y.. ya. pulanglah” “baiklah”
krist yang berada di tengah kolam, perlahan menggerakkan kakinya menuju tepian. hati-hati agar tidak menginjak satupun ikan yang tinggal disana. ketika tiba di tepian kolam, berhadapan dengan singto, krist tidak segera meninggalkan tempat itu. dengan pelan, krist menyingkap celananya yang oversized. singto tak pernah mengetahui sebelumnya, dibalik pakaian bekas masnya terdapat kaki jenjang krist yang putih melepuk (;putih banget). krist memeras air kolam dari celananya satu persatu. air mengalir membasahi kaki putihnya hingga terlihat berkilauan ditimpa matahari.
singto meneguk air liurnya entah kenapa. wajahnya memanas hebat. oohh andaikan singto bisa mengelus betis indahnya lalu meremas paha krist tanpa malu. 'TIDAK SINGTO. BODOH BANGSAT APA YANG KAU PIKIRKAN.' singto menggeleng-gelengkan kencang kepalanya bagai penyanyi band metal. tapi tangannya tanpa sadar sudah sedikit meraih jika saja tangan kanannya itu tidak dipukul menggunakan tangan kirinya, pasti ia sudah merasakan kulit lembut itu dibawah sentuhannya.
teman-teman singto bergerak kesana kemari demi melihat apa yang sedang terjadi disana lalu saling menatap ketika menyadari tidak bisa melihat apa-apa.
“CEPAT MASUK KRIST!” bentak singto seraya menjatuhkan ujung celana krist agar kembali menutupi kakinya sedangkan yang dibentak hanya tersentak lalu segera berlari melintasi jembatan untuk kembali ke dapur rumah kebesaran.
“singto” temannya memanggilnya merasa tindak tanduk singto amat aneh. “ah lu mah ga asik. masih mau temenan ngga sih?” potong satunya meremehkan.
“pulang kalian! gue mau istirahat!” singto meneriaki balik teman-temannya. dirinya sendiri dengan cepat menyusuri jembatan dan lorong panjang menuju kamarnya ;meninggalkan temannya.
ah sial. dia mau pipis.