🌄 first ekhem ekhem🌄 – -
Singto sedang bermain ponselnya sambil telentang kala itu. Ia melepas penatnya yang entah kenapa terasa 2x lipat dari biasanya. Pintu kamarnya dia biarkan terbuka setengah agar angin sepoi-sepoi bebas keluar masuk kamarnya yang ada di lantai 2.
Singto sedang membalas pesan dari teman-teman satu gengnya ketika ia merasa ada seseorang yang sedang melihatnya dari arah pintu masuk.
Disana Krist sedang berdiri diam tanpa mengatakan apa-apa. Mereka berdua saling berbalas tatapan hingga beberapa menit. Singto mengira-ngira apa yang akan dilakukan anak kecil itu. (Padahal keduanya hanya beda satu tahun)
Krist melangkahkan kakinya masuk ke dalam kamar singto. Lalu tangannya meraih gagang pintu dan menutupnya dari dalam. Si pemilik kamar mulai was-was saat didengarnya bunyi pintu yang terkunci pelan. Ia memaksa tubuhnya yang lelah untuk duduk dari rebahan.
“Krist? Mau apa kau masuk kemari?” Iya, singto takut jika ternyata kit masuk kamar untuk membalas dendam kepadanya pasal masalah kemarin.
Sementara yang ditanya hanya berjalan perlahan menuju tempat tidur. Singto yang semakin cemas, menyeret tubuhnya menyudut hingga ke headboard.
“Krist kalau kau mau balas dendam dan melakukan kekerasan kepadaku akan kuadukan kau kepada ibumu kalau kau melanggar-” Singto seperti sedang latihan rap sekarang saking paniknya. Suaranya mendecit diakhir kalimat.
Ucapannya terhenti seketika ia melihat pemandangan di depannya. Krist sedang menurunkan celana kebesaran milik ohm yang dihibahkan tahun lalu. Perlahan. Memperlihatkan kaki jenjang sewarna susu.
Sedangkan singto? Biarkan saja, dia sedang tersedak air ludahnya sendiri.
Apakah krist sudah tahu kalau kemarin dia kepayahan begitu melihat kaki putih itu? Singto semakin panik tentu, bisa saja krist memberitahu teman-teman SMP nya lalu dia akan dicap sebagai laki-laki mesum yang menyukai paha asistennya sendiri.
Saat pikiran singto sedang mengawang, kit bergerak semakin mendekat. Malahan sekarang lelaki kecil itu sedikit sedikit membawa kakinya naik ke kasur. Saat singto tersadar, krist sudah mendudukan tubuhnya keatas pinggang yang terbaring pasrah.
Singto hampir memekik ketika dirasakannya krist bergerak tepat di kemaluannya. Telapak tangannya cepat mencengkram pinggul krist yang tertutupi celana bokser.
“Khh-krisht”
Sebuah tangan tak kalah putihnya perlahan ikut andil turun menuju selatan miliknya -dengan masih menggesekkan pantatnya ke kemaluan singto. Singto hampir menangkap tangan ramping itu ketika kedua tangan menahan tangannya kemudian menyelipkan ke paha mulus yang menimpanya.
Sungguh sebuah cobaan.
Antara sadar dan tidak, krist menurunkan karet celana abu-abu singto. Pelan tapi pasti lelaki yang berumur setahun lebih muda itu turun dari pangkuan yang sejak tadi ia tempati. Kepala menunduk tepat di depan kemaluan singto.
Napas putus-putus milik krist menggelitik penisnya. sembari ia bersimpuh dihadapan penis yang belum sepenuhnya tumbuh itu, tangan krist mulai menyentuh kepala bagian bawah sedikit demi sedikit. Singto meski malu-malu dan kaget, ia tetap mencoba mengintip dengan kedua siku menahan kedua bobot tubuhnya. Tidak pernah sekalipun penisnya dipegang sebegitu apik oleh orang selain dirinya sendiri dan ibunya.
“Krist... hkkhh itu kotor-” Sedangkan ia sedikit mendesah dan tercekik suaranya sendiri, singto terpukau dengan aksi yang sedari tadi diperbuat asisten kecilnya ini. Mulai dari membuka celananya hingga jari telunjuk memutar diatas lubang kencingnya.
Singto melemparkan kepala kebelakang tepat ketika krist mencoba memasukkan keseluruhan batangan itu ke dalam mulut kecilnya. Desahan putus-putus terdengar semakin kencang dari mulut singto.
“Kthor krist krist hkkhh” Tanpa mengidahkan apapun krist malah gencar menghisap kesepanjangan daging milik singto.
Krist mengulum kepalanya lalu mengelilingi benda itu dengan lidahnya. Ia kembali menyedot saat puas memanjakan dengan lidah. Singto yang keenakan mulai balik lagi mengintip apa yang sedang dikerjakan laki-laki dibawah pinggulnya kini. Jantung yang lebih tua hampir jatuh kebawah ketika pandangan keduanya saling menatap kala singto mencoba melihat. Tapi toh tetap saja ia menikmati pemandangan dibawah sana.
Singto tidak mengerti apa yang sedang terjadi, dan apa yang sedang dilakukan oleh krist saat ini. Yang dia tau hanya lah dia sangat menyukai hangat dan basah mulut bagian dalam krist. Keringat mengucur deras di keningnya.
Singto ingin menggerakan pinggulnya -ia melakukannya lambat-lambat takut krist menyadari aksinya lalu mengejeknya mati-matian di depan seluruh sekolah. Begitu ia merasakan enak lebih dari yang ia bayangkan, singto tak peduli dengan harga dirinya lagi. Rasa nikmatnya candu!
Air liur krist berceceran jatuh melewati bibir pink manisnya. Membasahi penis singto yang menambah sensasi licin sehingga gerakan naik turun mulutnya menjadi-jadi. Pipi krist sedikit kemerahan, singto tidak tahu apakah sedari dulu pipi bulat itu memang sudah berwarna peach ataukah karena penisnya yang berkali-kali menghujam pipi bagian dalam krist hingga terkadang pipi yang memang sudah gembil itu mencetak kepala penisnya?
Singto masih mendesah saat krist menghisap, mengulum, menggesekkan penisnya dengan lidah hangatnya. Tuan muda itu tidak mengerti dan tidak tahu apa yang sedang mereka lakukan ini tapi rasanya sangat amat nikmat memaksanya menggelung jari-jari kakinya.
“KIT STOP KITTTHHH SETOOPPP AKU- AKU MAWU PIPISSS” Bukannya berhenti, hisapan krist makin menjadi. Tangan singto mencengkram erat seprai dibawahnya hingga kusut masai.
Singto mau tak mau menumpahkan 'pipis'nya diwajah bersemu milik krist. Entah sengaja atau tidak, tepat cairan dari kemaluannya itu meluap, krist segera mengeluarkan batang singto dari mulut hangatnya hingga cairan putih yang keluar merembes dari bibirnya. Cairan itu tak hanya tumpah mengotori mulut dan sprei saja tetapi juga rambut legam, baju serta paha krist yang mulus.
Dada keduanya naik turun kehabisan napas. Krist masih bertahan dengan posisi tadi, namun kali ini lelaki itu menutup matanya cantik sembari sedikit membuka mulut mungilnya yang membengkak kemerahan masih tepat di depan penis singto.
WAIT- TUNGGU! apa?! Cantik?! Singto pasti sekarang sudah kehilangan kewarasannya. Tangannya menutup wajah dan tanpa banyak omong segera membanting tubuhnya ke kasur.
Tepat dengan itu, Tiba-tiba tubuhnya terasa seperti disedot kuat lalu kembali terbanting kedua kalinya di kasur. Singto terenggut dari mimpinya. dari mimpinya.
kaget. benar, singto kaget sekali saat tersentak dari tidurnya. ia langsung terduduk.
'ya ampun syukur lah hanya mimpi' pikirnya.
namun begitu selimut disingkap dan ia bergerak dari posisinya tadi, wajahnya langsung pucat pasi. celana tidurnya terasa basah dan lengket. perlahan-lahan di bagian alat kelaminnya membentuk sebuah pulau.
inginnya sih tetap ditempat tidur saja agar 'pipis'nya tidak berjatuhan ke lantai. tapi mana bisa ia membiarkan pipisnya menyentuh kasur?!!
yah, pilih yang mana pun tetap akan merugikan jadi ia pikir mungkin dia bisa berlari ke kamar mandi kamarnya supaya tidak banyak yang berceceran.
baru saja ia berdiri-
“abang lama banget bangunnya? ABANG?!!” teriak namtan begitu ia membuka pintu dan penampakan singto dengan celana tidurnya yang basah tepat di depan matanya.
“AYAH BANG SINGTO NGOMPOLLLL” teriaknya yang kedua kali namun lebih menggelegar kali ini membuat singto mau tak mau melompat kembali ke kasur dan menutupi celananya yang sekarang sudah becek.
ARGHHH BENAR-BENAR ANAK INI!!