malam. setelah pesta.

krist memasuki apartement yang ditinggali bersama dengan singto. jam menunjukkan hampir tengah malam. ia membuka sepatunya sedikit tipsy. limbung ke kanan dan hampir jatuh jika saja tangannya tidak meraih dinding.

ia memasuki rumah yang terlihat lebih rapi hari ini sampai-sampai ia tidak mengenali tempat tinggal mereka. suara percakapan berita terdengar sayup-sayup. di ruang keluarga ada seseorang yang sedang duduk santai diatas sofa sambil menonton acara televisi. tangannya mengetikkan sesuatu di layar gawainya.

“p'siing? belum bobo?” ia berjalan mendekat.

“kit? kenapa baru pulang? aku bahkan sampai meneror p'tay menanyakan kenapa kau belum pulang”

krist mendudukkan diri disamping singto lalu menyenderkan seluruh tubuhnya ke bahu pria yang lebih tua.

“maap phii, tadi kit diseret kesana kemari oleh phi phi yang lain. kit juga disuru narii hehe padahal kit ga pandai nari” sembari cemberut, ia mendusel ke arah leher abangnya.

“kamu minum kit?”

“iyaa kit ditawarin minumm, gabisa nolak soalnya udah lama ga minum wine. enak bangeeet”

“kamu minum banyak?” singto menyenderkan kepala ke kepala milik pacar manjanya ini.

“ngga kok, kit ingat kalau kit cuma minum segelas doang”

“ya kan ingatan kamu, kamu mana sadar kalau udah minum?”

“hehe maap phii, kit lupa”

sejenak mereka menyamankan posisi dan terdiam cukup lama.

“PHI SING!” hingga tiba-tiba krist memelototkan matanya dan berekspersi kaget yang cukup dramatis. ia melonjak. singto ikutan terkejut dari posisi nyamannya.

“kenapa? kenapa kit?”

“aku baru ingat ihhh” cemberut lagi. ia segera memanjat tubuh singto dan duduk dipangkuannya.

“ingat apa?” singto sih pasrah saja kalau kit sedang mode manja seperti ini ngga bisa dihentikan. krist membuka kancing bajunya satu persatu dan memperlihatkan tubuhnya yang putih dan sedikit terbentuk. kemeja merahnya mungkin akan jatuh melewati kulit lembut bayinya jika saja tidak tertahan oleh pakaian yang diselipkan ke dalam celana panjangnya.

“liyyat! badan kit meyah meyah! tadi kit mawu ngaduwin ituu” tangan krist sebelah kiri membuka kemejanya agar tetap menampakkan kemerahan di kulitnya sedangkan yang sebelahnya menunjuk-nunjuk beberapa tempat yang terlihat meradang.

YA AMPUN KALAU MODE MANJA V.2 BEGINI PASTI MUKA MASAMNYA AKAN MENJADI-JADI, LIHAT BIBIRNYA YANG MAJU 2 CENTI ITU, pikir singto.

“trus udah minum obatnya? bandel sih kamu udah tau alergi juga” singto menoel pipi dan hidung krist sekilas.

“udah kokk kit kan pinter hehee, p'sing bangga ngga ama aku?”

“iya sayangkuu” sebenarnya singto tidak terlalu fokus dengan pertanyaan krist. matanya sedari tadi mengintip ke dalam baju krist yang tanggal setengahnya.

krist sadar saat singto tidak menatap matanya saat menjawab, jadi ia ikuti arah pandang singto tertuju kemana. begitu ia menyadari singto menatap ke perut putihnya, ia mendeguk ludahnya kesulitan.

dengan gemetar diujung lidah ia panggil abangnya itu, “p'sing?”

“iya?” syukur singto masih bisa menahan hasrat yang hampir meluncur dari tenggorokannya.

“phi kalau mawu pegang bowleh kok. kit ijinin, tapi jangan kasar-kasaar yaa?” astaga, puppy eyes.

“gausah deh, kamu baru minum obatnya kan? alerginya masih belom hilang benar kit. kapan-kapan aja.”

“IHH KIT BILANG BOLWEH YA BOWLEHH!” kesalnya sambil meraih tangan singto untuk ditaruh diatas dadanya sendiri.

“loh kok kamu yang maksa?” singto tergelak “ini kamu ijinin apa kamu kepengen?”

“nda gituuu ih p'singgg” krist merengek dan sedikit bergoyang-goyang meminta singto menggerakkan jarinya.

singto mulai menarikan jemarinya melingkari sebuah lingkaran kecil sewarna merah kecoklatan. selagi singto terus menggelitik puting kecil itu, krist terus menatap dengan air liur yang mulai terkumpul di mulutnya.

hot. tangan singto yang kurus namun berurat dan panas.

krist mendongak ketika ia rasakan gerakan tangan kakak kelasnya dulu itu terhenti. mata keduanya berpandangan.

“kowk beentii” geram sekali krist saat permainan berhenti di tengah-tengah gejolak perutnya.

“kit beneran gamau bobo? udah jam segini loh?” senyuman kecil diujung bibir singto membuatnya lebih memanas, terasa seperti diremehkan. krist tentu tak terima, dengan sensual dia meremas milik abangnya itu.

“ndaaa p'sing cepetan gerak lagii” “p'sing bawah dikit” “p'singhmmhhh jilat trus phiii” “p'sing tiyyum pwyut kitnya” “geliii p'sing jangan dijilat disituu”

entah sudah berapa kali krist meneriakkan namanya, namun singto tak acuh turun naik mengelus semua yang bisa ia sentuh. melihat leher krist yang menganggur pun membuatnya segera mendatangi spot kesukaannya lalu mengendusi dan menciumi daerah itu liar. ia juga menerima permintaan krist untuk mencium perutnya yang masih beberkas kemerahan. sembari mencium sana sini, tangannya tak berhenti bergerak lalu membuka perlahan ikat pinggang yang melilit di sepanjang pinggang krist.

begitu selesai melepas ikat pinggang, kancing, serta resleting celana krist, tangan singto menyusup ke dalam celana itu. Perlahan, ia melepaskan sisa kemeja yang terhimpit. kerah merah baju krist jatuh ke pinggul dan perpotongan siku.

tangan singto bergerak lagi masuk ke dalam, meraih karet yang menyesakkan lalu melonggarkan sedikit agar bisa menyelip lebih dalam.

gotcha! sebuah rasa panas yang agak tegang teraba oleh jemarinya. ia mengelus sedikit memberi fraksi.

“ughh sempit sekali, kit. phi ngga bisa gerakin tangan phi sama sekali disini.” tangan singto mulai kebas setelah beberapa saat sebenarnya.

“sebentar phi” dengan cepat krist melompat ke belakang lalu meloloskan celananya tidak sabaran, begitu pula dengan celana dalamnya.

singto mengamati tindakan krist yang sembrono meninggalkan beberapa bekas merah kuku. oleh karena itu dengan segera dia lingkupi pinggul kesukaannya itu dengan tangannya yang panas. mengelus pelan berharap cepat hilang.

“kit, padahal tadi bisa pelan-pelan kok. phi ngga kemana-mana” sedangkan yang diajak omong hanya menyengir lucu.

singto kembali fokus ke mainan kesukaannya yang sudah terekspos udara luar. setengah menegak dengan warna agak kemerahan. ia meludahi telapak tangannya lalu mengurut penis milik krist. pertama-tama amat pelan hingga krist sedikit tersengal. engasan suara pacarnya itu menjadi-jadi ketika ia bermain dengan kepala penisnya, memutarinya sedikit dengan telapak tangan. tak lupa ia juga bermain di pangkal penis krist beserta bolanya.

“phii hhhhnn ennak” desahnya.

singto masih kurang puas ketika krist hanya mengeluarkan sedikit precum yang meleleh lambat di pahanya. jadi, dengan inisiatif ia membuka pahanya sendiri yang otomatis ikut memaksa krist mengangkangkan pahanya dan meninggalkan sebuah space besar yang cukup ia selipi tangannya.

dengan cepat ia gantikan tugas tangan kanan yang memberi handjob ke pacarnya ini menjadi tangan kiri. sedang tangannya yang kini terbebas, gantian menelusup kebawah kangkangan krist. jari tengahnya meraba-raba mencari lubang milik kekasihnya.

agak lama ketemu, sengaja menggoda krist. desahan krist semakin menjadi ketika akhirnya singto menemukan kerutan yang sudah tidak sabar menelan jari panjang miliknya.

“phi masukiin” krist mendorong pantatnya kebawah agar bisa segera memasukkan jari itu kedalam.

“bentar kit” tapi tetap saja tanpa aba-aba memasukkan jari tengahnya.

jari itu keluar masuk dengan konstan seirama erangan krist. singto menambahkan satu persatu jarinya yang lain hingga berjumlah 3, menusuk lebih kencang kali ini, membuka dan meregangkan lubang krist.

lengan singto agak pegal sekarang, tapi ia menganggap kegiatan mereka ini olahraga yang bisa menambah massa ototnya.

precum krist semakin banyak hingga terus menetes lolos melewati celana singto dan mengotori sofa beludru mereka. beberapa ada yang jatuh ke celana singto hingga sedikit basah.

“phi singg teusss kit mawu keluwarr hhhh” krist memeluk leher singto berpegangan sehingga suara manjanya yang indah tepat masuk ke rongga telinga singto. singto sendiri semakin semangat 45 memberi rasa enak ke pacar manisnya ini.

saat ia rasakan perutnya mengaduk-aduk dan tegang sepenuhnya, krist semakin kuat berpegangan kepada singto. krist mengejang pelan ketika sudah sampai, air maninya menyembur kemana-mana baik baju, celana mereka berdua hingga sofa yang tengah menjadi saksi bisu rasa panas hari ini. nafas krist terdengar putus-putus dan tubuhnya naik turun dengan kuat.

“phi siingg cwapekkk ueee” singto terkekeh ketika didengarnya krist heboh mendemo. salah siapa coba?

jadi dengan pelan, ia lepaskan pelukan krist lalu memindahkan tubuh lemas pacarnya ke sofa lalu membereskan kekacauan dengan tisu basah yang ada di meja ruangan itu. ia elap kemaluan krist yang becek kemerahan sedangkan pemiliknya terdengar mendengkur halus. singto buka baju krist yang kotor lalu meletakkannya di lantai.

singto agak ragu apakah ia bisa memindahkan tubuh krist tanpa kesulitan mengingat tubuh bayinya yang agak sedikit bongsor dibandingkan dia. singto berpikir cukup lama di depan tubuh telanjang krist lalu dengan cepat melesat ke dalam kamar tidur untuk mengambil selimut. ia tutupi krist dengan selimut lalu pergi ke keranjang cucian untuk melepaskan pakaiannya dan memasukkan serta pakaian krist.

ia kembali lagi ke sofa setelah berpakaian lalu menaikan ac agar tidak terlalu dingin dan ikut serta tidur di samping krist yang sudah terlelap lama. singto memeluk erat krist dan menciumi wajah tidur pacarnya yang cantik. ciuman terakhir tepat di bibir merah mungil itu.

“selamat malam sayangku. semoga kebahagiaan selalu menjadi bagian dari hidupmu”